DAHSYATNYA KHASIAT "TERSENYUM"
Pernahkah anda melihat seseorang yang secara penampilan kurang cantik ,
kurang ganteng, tapi karena suatu keadaan hatinya menjadi senang dan
bahagia, lalu dia tersenyum, maka yang melihat akan merasa ikut senang
dan mendapatkan reaksi penangkapan getaran yang nyaman,indah,dan
menyenangkan (cantik/mempesona/ganteng/menarik dll), dan jika cewek/cowok itu berlaku sebaliknya,
dia menjadi sedih dan cemberut, maka akan otomatis memancarkan aura
yang tak nyaman di lihat pula (tidak cantik/tidak ganteng/tidak manis).
pepatah menambahkan : senyummu mengobati rinduku......oh,,,dahsyat.....Senyummu mengobati lukaku....senyummu membuat dunia semakin tersenyum.,....lebay...oi...oi....
Lantas bagaimana "DAHSYAT"nya tersenyum .............
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“HR at-Tirmidzi (no. 1956),
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan tersenyum dan menampakkan
muka manis di hadapan seorang muslim, yang hadits ini semakna dengan
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang lain,
“Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik,
meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama
muslim) dengan wajah yang ceria“ HSR Muslim (no. 2626).
adapun Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits tersebut:
1. Menampakkan wajah ceria dan berseri-seri ketika bertemu dengan
seorang muslim akan mendapatkan ganjaran pahala seperti pahala
bersedekah
2. Keutamaan dalam hadits ini lebih dikuatkan dengan
perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, sebagaimana yang
disebutkan oleh sahabat yang mulia, Jarir bin Abdullah al-Bajali
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah melarangku untuk menemui beliau sejak aku masuk
Islam, dan beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memandangku
kecuali dalam keadaan tersenyum di hadapanku”HSR al-Bukhari (no. 5739)
dan Muslim (no. 2475).
Menampakkan wajah manis di hadapan
seorang muslim akan menyebabkan hatinya merasa senang dan bahagia, dan
melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim
adalah suatu kebaikan dan keutamaan.
Adapun tersenyum dan
menampakkan wajah ceria, maka ini lebih utama dari semua perbuatan
tersebut (di atas). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah
bagimu“. Dan Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memandangku kecuali dalam
keadaan tersenyum“.
Inilah akhlak (mulia) dalam Islam, dan
kedudukan yang paling tinggi (dalam hal ini) adalah orang yang selalu
menangis (karena takut kepada Allah) di malam hari dan selalu tersenyum
di siang hari. (Dalam hadits lain) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua
manusia denga hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka
dengan keceriaan (pada) wajahmu“HR al-Hakim (1/212)
Ada hal
lain (yang perlu diingatkan) di sini, (yaitu) sepatutnya bagi orang
banyak tertawa dan tersenyum untuk menguranginya (agar tidak
berlebihan), dan mencela dirinya (dalam hal ini), agar dia tidak
dijauhi/dibenci orang lain. Demikian pula sepatutnya bagi orang yang
(suka) bermuka masam dan cemberut untuk tersenyum dan memperbaiki
tingkah lakunya, serta mencela dirinya karena buruknya tingkah lakunya,
maka segala sesuatu yang menyimpang dari (sikap) moderat (tidak
berlebihan dan tidak kurang) adalah tercela, dan jiwa manusia mesti
sungguh-sungguh dipaksa dan dilatih (untuk melakukan kebaikan)
# Agar tidak banyak berulang, saya izinkan kepada semua yang ingin
memanfaatkan artikel yang saya tulis dalam ini untuk disebarkan untuk
tujuan dakwah. Semoga Alloh memberkahi kehidupan kita semua dalam
naungan ridho Nya.
sumber: wargaLDII.com @facebook
OPTIMIS .............
INGAT !!! Kita harus punya sifat optimis dengan selalu menyandarkan
hati pada Allah dan tetap berusaha untuk menggapai impian yang kita
cita-citakan. Ingatlah bahwa siapa saja yang bertakwa dan bertawakkal
pada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka pasti Allah Ta’ala akan
memberikan ia jalan keluar dan akan memberikan ia selalu kecukupan.
Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya
jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)
INGAT !!! bahwa impian bukan sekedar angan-angan yang tidak ada
realisasinya. Jika impian ingin dicapai, tentu harus ada usaha
semaksimal mungkin. Cobalah kita saksikan contoh gampangnya adalah
seekor burung ketika ia ingin menggapai impiannya untuk memperoleh
makanan di hari itu, dia pun pergi ke luar sarangnya untuk mencari hajat
yang ia butuhkan. Ketika pulang pun ia dalam keadaan tenang. Inilah
yang diisyaratkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ
بِطَاناً
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah,
sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung
mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan
lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi& Ibnu Majah ). Lihatlah bagaimana seekor burung saja
mewujudkan impiannya dengan mencari rizki, dengan berusaha semaksimal
mungkin. Bagaimanakah lagi kita selaku insan yang diberi anugerah akal
oleh Sang Kholiq?
jangan menyerah...jangan menyerah...jangan menyerah ...
Teruslah berusaha, memohon pada Allah, dan janganlah putus asa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ
بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ
أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا
شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang
lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas
hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan
engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau
katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi
hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang
telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya)
dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim no. 2664, dari Abu Hurairah)
ubahlah mindsett kita.....ubahlah mindsett kita
Jadikanlah impian kita semata-mata untuk tujuan akhirat dan bukan dunia
semata. Jika ingin meraih kekayaan, jadikanlah ia sebagai amal sholih
untuk tujuan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ
وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ
كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا
قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai
akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan
menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh
dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai
dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan
mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang
telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465, shahih)
Setelah impian kita tercapai ....Jangan lupa bersyukur ..jangan lupa bersyukur,,,,
Ketika impian tercapai, maka perbanyaklah syukur pada Allah dengan
selalu taat dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Lihatlah bagaimana do’a
Ibrahim ketika di usia senja ia masih diberi keturunan.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39)
“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua
(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) doa. ” (QS. Ibrahim: 39). Ada ulama yang mengatakan
bahwa ketika Isma’il lahir, usia Ibrahim 99 tahun dan ketika Ishaq
lahir, usia beliau 112 tahun.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
#Agar tidak banyak berulang, saya izinkan kepada semua yang ingin
memanfaatkan artikel yang saya tulis ini untuk disebarkan untuk tujuan
dakwah (Sharing is caring) Semoga Alloh memberkahi kehidupan kita semua
dalam naungan ridho Nya.
sumber: wargaLDII.com @facebook
WANITA MAKHLUK TERINDAH DI DUNIA.
Saya begitu kagum dgn wanita, dia begitu mempesona, cantik dgn bentuk
yg unik, saya & semua kaum adam mengakui wanita tercipta sebagai
mahkluk terindah di dunia ini, alangkah sempurnahnya apabila Allah
mengkaruniakan hidayah pada wanita tsbt, maka inilah hal yang paling
indah dalam hidup wanita tsbt. Namun sayang, banyak sebagian dari kaum
wanita yang tidak menyadari betapa
berharganya dirinya. Sehingga banyak dari kaum wanita merendahkan
dirinya dengan menanggalkan rasa malu, sementara Allah telah menjadikan
rasa malu sebagai mahkota kemuliaannya.
Rasulullah SAW bersabda :
إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah )
Sabda Rasullulah SAW yang lain,
الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat
maka yang lainpun akan terangkat.”(HR. Bukhari & Muslim )
Begitu jelas Rasulullah SAW memberikan teladan pada kita, bahwasanya
rasa malu adalah identitas akhlaq Islam. Bahkan rasa malu tak terlepas
dari iman dan sebaliknya. Terkhusus bagi seorang muslimah, rasa malu
adalah mahkota kemuliaan bagi dirinya. Rasa malu yang ada pada dirinya
adalah hal yang membuat dirinya terhormat dan dimuliakan.
Namun
sayang, di zaman ini rasa malu pada wanita telah pudar, sehingga hakikat
penciptaan wanita yang seharusnya menjadi perhiasan dunia dengan
keshalihahannya, menjadi tak lagi bermakna. Di zaman ini wanita hanya
dijadikan objek kesenangan nafsu. Hal seperti ini karena perilaku wanita
itu sendiri yang seringkali berbangga diri dengan mengatasnamakan
emansipasi, mereka meninggalkan rasa malu untuk bersaing dengan kaum
pria.
Allah telah menetapkan fitrah wanita dan pria dengan
perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya secara fisik, tetapi juga
dalam akal dan tingkah laku. Bahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah
ayat 228 yang artinya;
وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِى عَلَيۡہِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيۡہِنَّ دَرَجَةٌ۬ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang sepatutnya’, Allah telah menetapkan hak bagi wanita
sebagaimana mestinya. Tidak sekedar kewajiban yang dibebankan, namun hak
wanita pun Allah sangat memperhatikan dengan menyesuaikan fitrah wanita
itu sendiri. Sehingga ketika para wanita menyadari fitrahnya, maka dia
akan paham bahwasanya rasa malu pun itu menjadi hak baginya. Setiap
wanita, terlebih seorang muslimah, berhak menyandang rasa malu sebagai
mahkota kemuliaannya.
Sayangnya, hanya sedikit wanita yang menyadari hal ini…
Di zaman ini justeru banyak wanita yang memilih mendapatkan mahkota
‘kehormatan’ dari ajang kontes-kontes yang mengekspos kecantikan para
wanita. Tidak hanya sebatas kecantikan wajah, tapi juga kecantikan tubuh
diobral demi sebuah mahkota ‘kehormatan’ yang terbuat dari emas
permata. Para wanita berlomba-lomba mengikuti audisi putri-putri
kecantikan, dari tingkat lokal sampai tingkat internasional. Hanya demi
sebuah mahkota dari emas permata dan gelar ‘Miss Universe’ atau
sejenisnya, mereka rela menelanjangi dirinya sekaligus menanggalkan rasa
malu sebagai sebaik-baik mahkota di dirinya. Naudzubillah min dzaliik…
Apakah mereka tidak menyadari, kelak di hari tuanya ketika kecantikan
fisik sudah memudar, atau bahkan ketika jasad telah menyatu dengan
tanah, apakah yang bisa dibanggakan dari kecantikan itu? Ketika telah
berada di alam kubur dan bertemu dengan malaikat yang akan bertanya
tentang amal ibadah kita selama di dunia dengan penuh rasa malu karena
telah menanggalkan mahkota kemuliaan yang hakiki semasa di dunia.
Nabi SAW bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ
كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ
رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan
dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para
wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka
seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk
surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama
perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim ) Di antara makna wanita yang
berpakaian tetapi telanjang adalah wanita yang memakai pakaian tipis
sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun
sebenarnya telanjang.
Dalam sebuah kisah, ‘Aisyah
radhiyyallahu ‘anha pernah didatangi wanita-wanita dari Bani Tamim
dengan pakaian tipis, kemudian beliau berkata,
إن كنتن مؤمنات فليس هذا بلباس المؤمنات وإن كنتن غير مؤمنات فتمتعينه
“Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini
bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita
beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”
Betapa pun Allah
ketika menetapkan hijab yang sempurna bagi kaum wanita, itu adalah
sebuah penjagaan tersendiri dari Allah kepada kita—kaum wanita—terhadap
mahkota yang ada pada diri kita. Namun kenapa ketika Allah sendiri telah
memberikan perlindungan kepada kita, justeru kita sendiri yang berlepas
diri dari penjagaan itu sehingga mahkota kemuliaan kita pun hilang di
telan zaman?
jadi, Peliharalah rasa malu itu , sebagai
sebaik-baik perhiasan wanita yang mulia dan dimuliakan. Sungguh, rasa
malu itu lebih berharga jika kau bandingkan dengan mahkota yang terbuat
dari emas permata, namun untuk mendapatkan (mahkota emas permata itu),
kau harus menelanjangi dirimu di depan public.
Kembalilah ke jalan Rabb-mu dengan sepenuh kemuliaan, dengan rasa malu dikarenakan keimananmu pada Rabb-mu…
# Agar tidak banyak berulang, saya izinkan kepada semua yang ingin
memanfaatkan artikel yang saya susun ini untuk disebarkan untuk tujuan
dakwah. Semoga Alloh memberkahi kehidupan kita semua dalam naungan ridho
Nya.
sumber: wargaLDII.com @facebook