Rabu, 16 Mei 2012

Beberapa Penyakit yang Berasal Dari Hewan



Anthrax

Penyakit ini tersebar di lima benua: Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia. Di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1884. Penyakit anthrax ditimbulkan oleh bakteri yang menyerang hewan. Factor seperti musim sangat panas, kemarau panjang, kekurangan makanan, rumput yang dimakan hewan dan keletihan mempermudah timbulnya penyakit pada hewan yang mengandung bibit penyakit anthrax.
Anthrax menjangkiti jenis hewan sapi, kerbau, domba, kuda, babi, juga burung unta. Hewan lain dapat tertular apabila memakan daging hewan mati karena terjangkiti anthrax. Burung juga dapat menjadi penyebar bibit penyakit anthrax apabila membawa makanan tercemar dan terbang ke tempat lain untuk menghabiskan makanan tercemar tersebut. Beberapa jens hewan liar juga diketahui tertulari penyakit anthrax.
Penularan anthrax dari hewan kepada manusia umumnya terjadi secara kontak dengan hewan atau hasil hewan. Penularan anthrax melalui kontak pada kulit yang terluka akan menimbulkan anthrax kulit dengan lesi khas.
Sakit anthrax pada hewan bersifat akut. Hewan yang mati karena dugaan anthrax tidak boleh diautopsi tapi dilakukan pemeriksaan darah lewat daun telinga. Apabila anthrax, segeralah dikubur cukup dalam dan ditimbun dengan kapur. Terkadang ditemukan darah berwarna hitam pekat yang sulit menggumpal keluar dari lubang hewan (anus, hidung, telinga) sesaat sebelum hewan mati. Bangkai ternak yang mati karena anthrax akan cepat membusuk.
Anthrax pada kulit manusia atau anthrax kulit dimulai dari papula kecil berwarna merah dan menimbulkan rasa gatal, kemudian berkembang menjadi vesikal, nekrose, dan ditutupi dengan jaringan perut berwarna hitam. Lesi akibat anthrax kulit ini tidak nyeri.
Apabila anthrax menyerang tubuh, masa inkubasinya 2-7 hari, umumnya timbul dengan gejala sesak di daerah dada, batuk, dan demam tidak terlalu tinggi, kemudian setelah beberapa hari muncul gejala dyspnoe akut disertai sianosis dan umumnya diikuti kematian salam waktu 24 jam.
Untuk pencegahan anthrax dilakukan dengan melakukan karantina berupa pelarangan masuknya hewan dari daerah tertular anthrax ke daerah bebas anthrax.

Leptospirosis

Sumber penularan melalui urine (sapi, babi, anjing, dan tikus) yang terkena penyakit ini. Jaringan dan cairan tubuh hewan tertular dapat juga menjadi sumber penularan bagi manusia. Tikus menjadi sumber penular potensial penyakit ini.
Penularan pada manusia terjadi ada kontak langsung atau tidak langsung. Pada lingkungan yang basah dan becek, kemampuan hidup bibit penyakit ini amat baik. Kulit yang lecet atau sela-sela kuku merupakan tempat yang ideal untu masuknya bakteri leptospira. Penularan juga dapat terjadi pada manusia apabila meminum susu hewan langsung setelah pemerahan, tanpa proses pemanasan terlebih dahulu.
Gejala leptospirosis pada sapi timbul berupa demam dan urine yang berwarna merah. Pada babi, berupa keguguran, mumifikasi fetus, atau anak babi lahir lemah. Babi menjadi sumber penular potensial pada sapi apabila berdekatan. Pada anjing, berupa demam yang diikuti pendarahan yang tersebar pada selaput lender dan kulit. Dan kematian pun yang cepat terjadi.
Pada manusia, serangan leptospirosis ringan ditandai nyeri di kepala secara mendadak, malaise, merasa kedinginan, nyeri otot, pada mata ditemukan episcleral injection, leher terasa kaku. Kadang terjadi gangguan ginjal, muntah, dan batuk. Demam mereda sekitar hari ke-9, namun sering kambuh.
Pada tingkat parah, leptospirosis timbul dengan demam, malaise, muntah, tidak bias bangun dari tempat tidur, nyeri otot, nyeri kepala dan sering ditemukan selaput lender berwarna kekuning-kuningan.
Pencegahan utama penyakit leptospirosis adalah pada kebersihan lingkungan.

Bertonellosis

Penyakit bartonellosis semula terjadi pada tahun 1980an dan dikenal dengan cakaran kucing. Penyakit ini tergolong ringan dan dapat sembuh spontan.
Penularan kepada manusia terjadi melalui kucing berpenyakit ini yang melakukan cakaran, gigitan, atau jilatan pada bagian kulit yang terluka.
Pada manusia, masa inkubasi bartonellosis bervariasi antara 3-10 hari sejak seseorang tercakar, tergigit, atau dijilat kucing sampai timbul lesi primer. Lesi primer penyakit diawali dengan timbulnya papula berwarna kemerah-merahan pada tempat infeksi. Beberapa hari kemudian akan timbul pembengkakan kelenjar limfe regional yang terasa lunak namun nyeri. Rasa sakit timbul beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada 25% pasien, timbul pernanahan yang diikuti demam dan merasa kedinginan.
Walaupun bartonellosis dianggap sebagai penyakit ringan, namun lebih baik dilakukan tindakan pengobatan.

Ringworm

Ringworm adalah penyakit kulit pada lapisan keratin kulit, rambut, kuku dan sayap yang disebabkan oleh golongan jamur. Ringworm ditemukan pada hamper seluruh penjuru dunia.
Pada anjing dan kucing, penyakit ini timbul berupa lesi pada kulit cukup spesifik, yakni berbentuk bulat atau oval dengan pinggir merah, yang meluas secara cepat, dan berdiameter 1-4 cm. Ada juga kulit yang kemudian terangkat dan menimbulkan keropeng. Di bawah keropeng terjadi infeksi bakteri. Pada kuda, lesi umumnya kering, menonjol (terangkat), bersisik, terutama terdapat pada daerah pelana, tali pelana, dan quarter belakang.


source : www.google.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar