Anthrax
Penyakit ini
tersebar di lima benua: Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia. Di
Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1884. Penyakit anthrax ditimbulkan
oleh bakteri yang menyerang hewan. Factor seperti musim sangat panas, kemarau
panjang, kekurangan makanan, rumput yang dimakan hewan dan keletihan
mempermudah timbulnya penyakit pada hewan yang mengandung bibit penyakit
anthrax.
Anthrax
menjangkiti jenis hewan sapi, kerbau, domba, kuda, babi, juga burung unta.
Hewan lain dapat tertular apabila memakan daging hewan mati karena terjangkiti
anthrax. Burung juga dapat menjadi penyebar bibit penyakit anthrax apabila
membawa makanan tercemar dan terbang ke tempat lain untuk menghabiskan makanan
tercemar tersebut. Beberapa jens hewan liar juga diketahui tertulari penyakit
anthrax.
Penularan
anthrax dari hewan kepada manusia umumnya terjadi secara kontak dengan hewan
atau hasil hewan. Penularan anthrax melalui kontak pada kulit yang terluka akan
menimbulkan anthrax kulit dengan lesi khas.
Sakit
anthrax pada hewan bersifat akut. Hewan yang mati karena dugaan anthrax tidak
boleh diautopsi tapi dilakukan pemeriksaan darah lewat daun telinga. Apabila
anthrax, segeralah dikubur cukup dalam dan ditimbun dengan kapur. Terkadang
ditemukan darah berwarna hitam pekat yang sulit menggumpal keluar dari lubang
hewan (anus, hidung, telinga) sesaat sebelum hewan mati. Bangkai ternak yang
mati karena anthrax akan cepat membusuk.
Anthrax pada
kulit manusia atau anthrax kulit dimulai dari papula kecil berwarna merah dan
menimbulkan rasa gatal, kemudian berkembang menjadi vesikal, nekrose, dan
ditutupi dengan jaringan perut berwarna hitam. Lesi akibat anthrax kulit ini
tidak nyeri.
Apabila
anthrax menyerang tubuh, masa inkubasinya 2-7 hari, umumnya timbul dengan
gejala sesak di daerah dada, batuk, dan demam tidak terlalu tinggi, kemudian
setelah beberapa hari muncul gejala dyspnoe akut disertai sianosis dan umumnya
diikuti kematian salam waktu 24 jam.
Untuk
pencegahan anthrax dilakukan dengan melakukan karantina berupa pelarangan
masuknya hewan dari daerah tertular anthrax ke daerah bebas anthrax.
Leptospirosis
Sumber
penularan melalui urine (sapi, babi, anjing, dan tikus) yang terkena penyakit
ini. Jaringan dan cairan tubuh hewan tertular dapat juga menjadi sumber
penularan bagi manusia. Tikus menjadi sumber penular potensial penyakit ini.
Penularan
pada manusia terjadi ada kontak langsung atau tidak langsung. Pada lingkungan yang
basah dan becek, kemampuan hidup bibit penyakit ini amat baik. Kulit yang lecet
atau sela-sela kuku merupakan tempat yang ideal untu masuknya bakteri
leptospira. Penularan juga dapat terjadi pada manusia apabila meminum susu
hewan langsung setelah pemerahan, tanpa proses pemanasan terlebih dahulu.
Gejala
leptospirosis pada sapi timbul berupa demam dan urine yang berwarna merah. Pada
babi, berupa keguguran, mumifikasi fetus, atau anak babi lahir lemah. Babi
menjadi sumber penular potensial pada sapi apabila berdekatan. Pada anjing,
berupa demam yang diikuti pendarahan yang tersebar pada selaput lender dan kulit.
Dan kematian pun yang cepat terjadi.
Pada
manusia, serangan leptospirosis ringan ditandai nyeri di kepala secara
mendadak, malaise, merasa kedinginan, nyeri otot, pada mata ditemukan episcleral
injection, leher terasa kaku. Kadang terjadi gangguan ginjal, muntah, dan
batuk. Demam mereda sekitar hari ke-9, namun sering kambuh.
Pada tingkat
parah, leptospirosis timbul dengan demam, malaise, muntah, tidak bias bangun
dari tempat tidur, nyeri otot, nyeri kepala dan sering ditemukan selaput lender
berwarna kekuning-kuningan.
Pencegahan
utama penyakit leptospirosis adalah pada kebersihan lingkungan.
Bertonellosis
Penyakit
bartonellosis semula terjadi pada tahun 1980an dan dikenal dengan cakaran
kucing. Penyakit ini tergolong ringan dan dapat sembuh spontan.
Penularan
kepada manusia terjadi melalui kucing berpenyakit ini yang melakukan cakaran,
gigitan, atau jilatan pada bagian kulit yang terluka.
Pada
manusia, masa inkubasi bartonellosis bervariasi antara 3-10 hari sejak
seseorang tercakar, tergigit, atau dijilat kucing sampai timbul lesi primer.
Lesi primer penyakit diawali dengan timbulnya papula berwarna kemerah-merahan
pada tempat infeksi. Beberapa hari kemudian akan timbul pembengkakan kelenjar
limfe regional yang terasa lunak namun nyeri. Rasa sakit timbul beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Pada 25% pasien, timbul pernanahan yang diikuti demam
dan merasa kedinginan.
Walaupun
bartonellosis dianggap sebagai penyakit ringan, namun lebih baik dilakukan
tindakan pengobatan.
Ringworm
Ringworm
adalah penyakit kulit pada lapisan keratin kulit, rambut, kuku dan sayap yang
disebabkan oleh golongan jamur. Ringworm ditemukan pada hamper seluruh penjuru
dunia.
Pada anjing
dan kucing, penyakit ini timbul berupa lesi pada kulit cukup spesifik, yakni
berbentuk bulat atau oval dengan pinggir merah, yang meluas secara cepat, dan
berdiameter 1-4 cm. Ada juga kulit yang kemudian terangkat dan menimbulkan
keropeng. Di bawah keropeng terjadi infeksi bakteri. Pada kuda, lesi umumnya
kering, menonjol (terangkat), bersisik, terutama terdapat pada daerah pelana,
tali pelana, dan quarter belakang.
source : www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar